November 09, 2011

^Cross Culture^

Salah satu dari kelompok kami akan bercerita tentang cross culture yang dialaminya. Yaitu sahabat atau adik kami bernama Winjani Ayu Putri Maruno. Lahir di tanah Jawa Timur tepatnya di Jember (ujung dari provinsi Jawa Timur) pada hari Selasa, 2 Oktober 1990. Seharusnya Ay (panggilan akrabnya) adalah anak ke 3 putri pasangan Bp. Windu Maruno Puspito Wardoyo dan Ibu Amik siyami Handayani karena kedua kakaknya Ay telah meninggal di kandungan mama nya sewaktu kehamilan mama nya berusia 3-4 bulan. Akhirnya Ay menjadi anak pertama yang hidup dalam keluarga kecilnya itu. Papa Ay asli orang Malang campuran Kebumen dan Mama Ay Asli orang Malang campuran Banyuwangi (H2O Wangi). Setelah kelahiran Ay dan Ay tumbuh hingga umur 2 tahun di tanah Jawa, Barulah papa Ay dikirim kerja di pulau Sumatera tepatnya di Lampung akhirnya Papa membawa mama serta Ay dan adik Ay dibawa ke Lampung untuk mencari sesuap nasi disana.
Dan Ay pun tumbuh besar disana hingga tamat sekolah dasar. Karena papa dan mama Ay takut akan pergaulan putra dan putri nya yang belum tau tata krama (baca dengan bahasa jawa) maka Ay dipindahkan kembali sekolahnya di kota pendidikan Malang. Sekolah menengah pertama hingga kuliah D3 di Politeknik Ay benar - benar merasakan perubahan atas segalanya baik dalam pendidikan, pergaulan dan budaya.

Sewaktu Ay tumbuh di daerah Sumatera dalam pendidikan memang tidak sebaik di Malang melainkan cukupan saja. Kalau dalam pergaulan memang di lewat batas. Banyaknya pergaulan bebas merajalela, kejahatan - kejahatan yang terjadi. Tetapi ada satu hal yang sampai saat ini masih saja melekat di jati diri Ay. Yaitu kalau berbicara asal ceplas ceplos (terlalu jujur) yang sering membuat orang lain terluka. Sekarang sudah sedikit demi sedikit Ay rubah.

Dan sewaktu Ay di daerah Malang dalam pendidikan memang luar biasa disiplin tinggi dan kualitas yang baik. Kalau pergaulan, Ay rasa sama saja karena banyak sekali pendatang / anak rantau dari daerah luar untuk bersekolah atau menuntut ilmu di kota pendidikan ini. Banyak pergaulan bebas dan lain sebagainya. Tetapi yang Ay kurang suka adalah banyak orang "bertopeng" kalau di depan kita baik tapi di belakang kita menusuk dari belakang (munafik). Ay kurang suka akan sikap seperti ini. Disini banyak sekali yang diajarkan yaitu melihat mana lawan dan mana kawan. Luar biasa sekali masa - masa indah yang telah Allah berikan pada kita semua untuk menikmati dan mensyukuri atas kenikmatan yang telah diberikanNya.

Ada lagi yang paling susah Ay mengerti adalah Bahasa. Dari awal hidup di Jawa Ay selalu di bahasakan oleh mama dengan bahasa Indonesia dan begitu pula saat Ay berada di Lampung. Pada Akhirnya Ay harus kembali ke tanah Jawa dengan berbagai tipe bahasa Jawa yang begitu kental dengan kota Malang. Baru Ay sadari setelah hidup 8,5 Tahun di Jawa baru dapat mengerti bicara bahasa Jawa saat Ay terpilih untuk melanjutkan kembali sekolah kejenjang yang lebih tinggi yaitu pada D4 ITB Batch 4 Join program dengan Seamolec. 

Mengapa begitu? karena setelah dirasakan, kami penerima beasiswa tersebut berasal dari berbagai daerah berbeda di Indonesia. Tapi Ay merasa malu karena Ay belum dapat berbicara dengan  berbahasa Jawa. Karena desakan dan dorongan untuk dapat berbicara bahasa Jawa akhirnya dapat Ay lalui dengan baik. Lama kelamaan Ay dapat berbicara bahasa Jawa hingga sekarang.

Ada cerita lagi saat kami para penerima beasiswa ternyata harus dikelompokkan menjadi 25 kelompok dalam satu kelompok ada 3 orang dari jurusan yang berbeda. Akhirnya Ay 1 kelompok dengan Uda Fadhli Purnama dan Rahmat Derajat. Ternyata kami dari kelompok Sembilan ( Nawa ITB) tersisa hanya 2 orang saja: "Fadhli Purnama dan Winjani Ayu Putri Maruno". Fadhli Purnama adalah orang Padang (Sumatera Barat) yang logat berbicara bahasa Padangnya masih sangatlah kental. Hingga sekarang pun Ay masih bingung kalau uda Fadhli (panggilan Ay ke kakak satu itu) berbicara dengan logatnya yang kental tersebut karena Ay kurang mengerti artinya. 

Tapi Alhamdulillah kami tidak kesulitan koordinasi, malah bisa dibilang kelompok kami paling solid koordinasinya.. (hihihihi). karena meskipun kami hanya berdua, kami berusaha tetap team work, bertanggung jawab atas diri masing - masing dan kelompok. Dan Ay pun sudah menganggap uda Fadhli bagian dari hidup ay sebagai pengganti kakak Ay yang telah pergi lebih dahulu bertemu dengan Allah dan Rosullullah di Surga FirdausNya.

Ay merasa nyaman berada dan berkoordinasi dengan uda Fadhli karena uda Fadhli bukan hanya ketua dalam kelompok sembilan ini melaikan juga kakak terbaik buat Ay. Dia dapat membimbing Ay dan menasehati Ay dengan caranya yang Unik. Ay jarang sekali tersinggung dengan perkataan uda Fadhli yang notabene dari kebanyakan orang yang berbicara kalau orang Sumatera itu kasar - kasar. Tapi dapat Ay garis bawahi statement tersebut tidak untuk uda fadhli. Karena meskipun uda Fadhli orang Sumatera tapi sikap dan kelakuannya seperti orang Jawa kebanyakan.

Pesan moral yang didapat:
  1. Bhineka Tunggal Ika (Meskipun berbeda tapi tetap sama)
  2. Tidak boleh memandang orang lain hanya dari daerah asal mereka
  3. Tetap gotong royong dan bekerjasama dengan baik atara manusia
Sekian cerita dari kami, semoga dapat menginspirasi khalayak umum sekalian.
Alhadiniyah, Al-fatihah..
Amieeennnn ^^
Wasalamualaikum Wr. Wb..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar